Selasa, 25 Oktober 2011

Koartikulasi




Koartikulasi adalah gejala saling mempengaruhi antar satu bunyi dengan bunyi lain. Dalam gejala ini, ditinjau dari tempat artikulasi mana yang mempengaruhi. Koartikulasi ini terjadi karena sewaktu artikulasi primer memproduksi bunyi pertama berlangsung, alat-alat ucap sudah mengambil ancang-ancang untuk membuat atau memproduksi bunyi berikutnya. Akibatnya bunyi pertama yang dihasilkan sedikit berubah mengikuti ciri-ciri kedua yang akan dihasilkan. Nama lain dari koartikulasi yaitu artikulasi penyerta atau artikulasi sekunder.  Peranan artikulator sangat penting untuk bekerja menghasilkan bunyi tertentu (artikulator primer) dan artikulator yang menghasilkan bunyi lain (artikulator sekunder).
Terdapat beberapa gejala koartikulasi yaitu:
1.    Labilisasi
Labialisasi adalah proses pelabialan. Proses koartikulasi dimana posisi bibir membulat sehingga pada bunyi utama terdengar bunyi labial [w]. Sebagai contoh yaitu pada kata tuan terdengar bunyi [w].  Contoh lainnya pada kata uang, buang, ruang, juang, dan kualitas. Selain itu, labialisasi juga muncul di antara vokal /u/ dan/e/. atau /u/ dan /i/ seperti pada kata frekuensi dan kuitansi. Pada waktu kita lafalkan kata-kata itu, terasa sekali, bahwa di antara vokal-vokat tersebut timbul fonem labial /w/, misalnya uang kita lafalkan /uwang/,

2.    Retrofleksi
Proses koartikulasi ini terjadi dengan posisi penarikan ujung lidah kebelakang sehingga terdengar bunyi [r]  pada artikulasi primer. Selain bunyi apikal, bunyi lain dapat diretrofleksikan. Misalnya bunyi [k] pada bunyi dorsoplatal, tetapi bunyi [k] pada <kertas> dilafalkan sebagai bunyi [kr] karena bunyi [k] itu diretrofleksikan terlebih dahulu. Jadi kata <kertas> dilafalkan menjadi [kretas]

3.    Palatalisasi
Palatalisasi adalah proses pengangkatan daun lidah kearah langit-langit keras (palatum) sewaktu artikulator primer berlangsung. Selain bunyi palatal, bunyi lain dapat di palatalisasikan. Misalnya adalah bunyi [p] adalah bunyi alpikoalveolar tak bersuara, tetapi pada kata <piatu>, bunyi [p] dipalatalisasikan sehingga terdengar sebagai bunyi [py]. maka kata <piatu>  dilafalkan menjadi <pyatu>

4.    Velarisasi
Proses koartikulasi ini terjadi ketika pangkal lidah (dorsum) naik kearah langit-langit lunak (velum) pada artikulasi primer. Selain bunyi velar, bunyi lain dapat di velarisasikan. Misalnya bunyi [m] pada kata <makhluk> direalisasikan menjadi [mx]. oleh karena itu, kata <makhluk> dilafalkan <maxkluk>.

5.    Glotalisasi
Glotalisasi adalah proses penyertaan bunyi hambat pada glotis (pada saat glotis tertutup rapat) sewaktu artikulasi primer berlangsung. Misalnya bunyi [a] dan [o] pada kata <saat>, <taat> dan <obat> dilafalkan menjadi <sa?at>, <ta?at> dan <o?bat>.

6.    Nasalisasi
Gejala ini timbul dalam bentuk pranasalisasi yang terdapat dalam beberapa bunyi bahasa jawa yang terjadi pada kontoid hambat bersuara [b,d,g]. Misalnya pada kata [mBogor].

Selasa, 11 Oktober 2011

Penulisan Ilmiah


Kiat Ampuh Penulisan Ilmiah
            Menulis itu bisa dikatakan pekerjaan yang gampang-gampang  susah. Apalagi kalau tulisan bersifat ilmiah. Ada suatu pandangan tradisional yang menyebutkan jika menulis dan mengarang adalah dua kegiatan yang berbeda, walaupun berkenaan dengan aspek kebahasaan. Kegiatan menulis sering diasosiasikan dengan ilmu yang sifatnya faktual, sedangkan kegiatan mengarang selalu diasosiasikan dengan karya sastra yang fiksional (Kamandobat  2007:10). Sehingga dapat disimpulkan, kegiatan menulis mutlak membutuhkan studi ilmiah, sedangkan kegiatan mengarang tidak. 
            Penulisan ilmiah merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Sehingga diperlukan penguasaan yang baik mengenai hakikat keilmuan agar dapat melakukan penelitian sekaligus mengkomunikasikan nya dalam bahasa tulisan sehingga orang akan mengerti apa yang kita bahas.
            Penulisan ilmiah adalah hal yang mudah.  Sebenarnya dalam pedoman penulisan, banyak sekali ditemukan bentuk dan cara penulisan keilmuan. Walaupun berbeda, jiwa dan penalarannya tetap sama. Sehingga dalam penulisannya pun kita tidak hanya perlu tahu tentang teknik-teknik pelaksanaanya tetapi kita perlu memahami dasar pikiran yang melandasinya. Penggunaan bentuk dan cara penulisan hanya masalah selera dan faktor lainnya seperti masalah apa yang sedang dikaji, siapakah pembaca tulisan ini dan dalam rangka apa kegiatan keilmuan. Berdasarkan pemikiran tersebut, mari kita membahas alur-alur pemikiran yang terdapat dalam penelitian ilmiah yang tidak ditekankan pada aspek-aspek teknik penelitian tetapi dititik beratkan pada rambu-rambu pikiran yang merupakan tema pokok dalam proses penelitian. Penulis ilmiah yang menguasai tema poko tentu akan menguasai dengan baik apa yang dibahasyang akan dengan mudah untuk dikembangkan sehingga dapat menghasilkan berbagai variasi dari tema pokok tersebut. Tema pokok ini dijabarkan secara logis dan kronologis dari metode keilmuan.
            Mari kita langkahkan kaki pertama kali dengan mengajukan masalah. Setiap penelitian awalnya bermula dengan munculnya suatu masalah yang hendak dibahas. Setiap masalah hendaknya membutuhkan suatu pemecahan atau jawaban sehingga diadakanlah penelitian untuk menjawab semua masalah tersebut. Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahuiMasalah pada hakikatnya tidak dapat berdiri sendiri dan terisolasi oleh faktor lain sehingga terdapat konstelasi yang menjadi latar belakang dari suatu masalah tertentu. Dalam menentukan masalah yang akan diangkat, kita dapat mengamati lingkungan dan mengambil masalah yang unik untuk diteliti. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk menemukan masalah, dengan menambah wawasan melalui buku yang dapat memberikan ide kreatif. Selain itu, kalo kita lagi ngobrol, diskusi, ato lagi kumpul ma temen, terkadang ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab yang bisa kita jadikan untuk masalah yang akan kita bahas. Tapi, tidak semua bisa kita angkat menjadi permasalahan yang akan dibahas. Permasalahan yang dibahas haruslah memenuhi kriteria tertentu, yaitu jelas, tajam, dan bermanfaat. pertanyaan tersebut dijawab, dipecahkan tahap demi tahap dengan memberikan jawaban ilmiah yang meyakinkan atau membiarkannya tanpa jawaban. Dalam kegiatan ilmiah berlaku bukan kuantitas jawaban yang menentukan tetapi kualitas jawabannya. Menurut Ludwirg Wittgenstein (1962:150) apa yang tak bisa kita katakan, kita harus biarkan tetap membisu. Sehingga permasalahan pun perlu diberi batasan ruang lingkupnya. Pembatasan masalah ini bermanfaat untuk menetapkan batas-batas permasalahan yang jelas dan membantu untuk mengidenifikasikan faktor mana saja yang masuk kedalam lingkup permasalahan agar tidak melebar atau menyempit. Fokus masalah yang jelas memungkinkan kita untuk merumuskan masalah dengan baik. Perumusan masalah yaitu berupa menyatakan secara tersurat apa saja yang ingin kita carikan jawabannya, selain itu mengarahkan cara berfikir kita. Suatu masalah yang sudah dapat diidentifikasikan dan dibatasi, yang tercermin dalam pernyataan yang bersifat jelas dan spesifik, sehingga kita dapat mengembangkan kerangka pemikiran yang teoritis berdasarkan pengetahuan ilmiah yang relevan, serta memungkinkan untuk melakukan pengujian secara empiris terhadap kesimpulan analisis teoritis, sehingga secara konseptual, masalah tersebut sudah berhasil dirumuskan. Setelah dirumuskan dengan baik, maka seorang peneliti haruslah menyatakan tujuan penelitiannya yaitu mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilangsungkan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Setelah itu akan dibahas kegunaan penelitian yang merupakan manfaat yang dapat kita ambil terhadap penelitian yang kita lakukan. Dapat dirumuskan kegiatan dalam langkah pengajuan masalah yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian.
            Langkah kita selanjutnya membuat kerangka teoritis dengan mengidentifikasi dan mengkaji berbagai teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis. Teori merupakan sekumpulan konstruk (konsep), definisi dan dalil yang saling terkait yang menghadirkan suatu pandangan yang sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan antara beberapa angkubah atau variable, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena (Kerlinger,1965:11). Kerangka teoritis diajukan secara dedukatif dijalin dari pengetahuan yang dapat diandalkan. Agar kerangka teoritis dapat meyakinkan maka argumentasi tersebut disusun memenuhi beberpa syarat. Pertama, teori-teori dipergunakan dalam membangun kerangka berfikir harus merupakan pilihan dari sejumlah kerangka teori yang dikuasai secara lengkap dan mencakup perkembangan terbaru. Lingkup yang menyeluruh dalam mencakup perkembangan terbaru dalam suatu disiplin keilmuan biasanya disebut the state of the art dari disiplin tersebut. Pemilihan ini harus didasarkan pada argumentasi yang meyakinkan tentang mengapa kita melakukan pilihan itu. Selanjutnya hipoteses. Menurut Dani Vardiansyah (2008:15) Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis merupakan dasar pengumpulan data dan penarikan kesimpulan. Ada dua jenis hipotesis yaitu : H0 adalah hipotesis ditolak. Dan H1 adalah hipotesis diterima Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan dan dijawab dengan cara ilmiah. Apa sich cara ilmiah? Cara ilmiah  yaitu dengan memanfaatkan pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar kita mendapatkan jawaban yang dapat diandalkan. Artinya kita menggunakan teori-teori ilmiah sebagai alat dalam memecahkan masalah dan kita tidak boleh merekayasanya. Hal ini berbeda dengan asumsi dasar yang digunakan sebagai dasar pijakan pelaksanaan penelitian sedangkan hipotesis adalah upaya pemecahan masalah. Dalam hal ini, menggunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar premis dasar menjamin dua hal. Pertama, kebenarannya teruji lewat proses keilmuan sehingga bisa diandalkan. Kedua, akan bersifat konsisten dengan tubuh pengetahuan yang telah disusun. Berdasarkan premis-premis yang dipilih, maka disusun argumentasi secara sistematik dan analitik. Dalam hal ini artinya secara aktif menjelaskan mengapa seuatu itu mempunyai karakteristik tertentu dengan dituntut adanya pikiran-pikiran dasar yang postulat, asumsi atau prinsip. . Menurut  John W Creswell (2003:73) untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
  1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
  2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
  3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
  4. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
  5. Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode observasi, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
  6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
  7. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.
Secara singkat dapat diringkas sebagai berikut yaitu pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis, pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan, menyususn kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis, dan terakhir perumusan hipotesis.
Langkah ketiga kaki kita yaitu menguji hipotesis. Menurut Robert B. Burns (2000: 106) hipotesis diuji secara impiris. Artinya kita melakukan verifikasi apakah pernyataan yang dikandung oleh hipotesis yang diajukan didukung atau tidak oleh kenyataan yang bersifat faktual dan kita di tuntut melakukan penarikan kesimpulan secara induktif. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dugunakan dalam penelitian. Menurut Wiradi (1998;9) metode adalah seperangkat langkah yang tersusun secara sistematis. Metode penelitian seperti deskriptif, komparatif, eksperimen, sensus, survai, kepustakaan, dan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Salah satu metode yang harus ditentukan dalam metodologi penelitian adalah metode penelitian. Setiap penelitian pada hakikatnya mempunyai metode penelitian masing-masing yang ditetapkan pada tujuan penelitian. Sehingga hal pertama yang ta lakukan dalam metodologi penelitian adalah menyatakan secara lengkap dan operasional tujuan penelitian yang mencakup variable-variabel yang akan diteliti dan karakteristik hubungan melainkan tingkat keumuman (level of generality) dari kesimpulan yang akan ditarik. Berdasarkan tujuan penelitian maka kita akan memilih metode penelitian yang tepat beserta teknik pengambilan contoh dan teknik penarikan kesimpulan yang relevan. Metode penelitian mencakup beberapa teknik  mencakup teknik pengambilan contoh, teknik pengukuran, pengumpulan data dan analisis data. Secara ringkas metodologi penelitian mencakup :
1.    Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang mengidentifikasi variabel-variabel dan karakteristik hubungan yang diteliti.
2.    Tempat dan waktu penelitian dimana akan dilakukan generalisasi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti.
3.    Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisasi yang diharapkan.
4.    Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tingkat keumuman dan metode penelitian.
5.    Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variabel yang akan dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrument dan teknik mendapatkan data.
6.    Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang dipergunakan.
      Langkah berikutnya yaitu melaporkan apa yang kita temukan berdasarkan hasil penelitian yang dipergunakan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan selama penelitian untuk ditarik kesimpulan. Tujuannya yaitu membandingkan kesimpulan yang telah dikumpulkan dengan hipotesis yang diajukan apakah mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Untuk melaporkan hasil penelitian maka secara singkat dan kronologis pertama-tama kita deskripsikan tentang variabel yang diteliti yang disusul dengan teknik analisis yang digunakan. Setelah itu hasil pengukuran dilaporkan kemudian dilengkapi dengan kesimpulan analisis dari data yang dikumpulkan. Laporan ini ditulis dalam bentuk esei dengan kalimat verbal yang mencakup semua pertanyaan sepatutnya dikemukakan baik pertanyaan kualitatif dan kuantitatif. Dalam penempatan data haruslah yang sudah diolah dan data mentah sebaiknya dalam lampiran. Hal ini karena pencantuman data mentah hanya akan mengaburkan perspektif persoalan yang ingin dikemukakan. Lalu hal yang dilakukan adalah member penafsiran terhadap kesimpulan data. Menafsirkan hubungan yang bersifat statis seperti regresi dan korelasi dalam hubungan yang bersifat ilmia. Kita juga harus menfsirkan tingkat keumuman dari kesimpulan yang ditarik berdasarkan contoh. Hasil penelitian dapat diringkas yaitu menyatakan variabel-variabel yang diteliti, menyatakan teknik analisis data, mendeskripsikan hasil analisis data, memberikan hasil penafsiran terhadap kesimpulan analisis data dan menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima.
      Langkah kita selanjutnya adalah kesimpulan penelitian. Kesimpulan penelitian merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalah., kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian. Dalam mengkaji kesimpulan, disebabkan sifatnya terpadu dan menyeluruh dan terpadu maka “ seorang peneliti meninggalkan perannya sebagai ilmuwan dan beralih menjadi filsuf “ George J Mouly ( 1963: 486). Simpulan yang dimaksud adalah gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis yang sudah dikemukakan. Simpulan ini diperoleh dari uraian analisis, interpretasi, dan deskripsi yang tertera pada bab analisis. Selanjutnya, saran-saran penulis tentang metodologi penelitian lanjutan, penerapan hasil penelitian, dan beberapa saran yang mempunyai relevansi dengan hambatan yang dialami selama penelitian. Tahap-tahap ringkasan dan kesimpulan yaitu deskripsi tentang masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi dan penemuan penelitian, kesimpulan penelitian, pembahasan kesimpulan penelitian, mengkaji implikasi penelitian dan mengajukan saran.
      Abstraksi merupakan sebuah proses yang ditempuh pikiran untuk sampai pada konsep yang bersifat universal. Proses ini berangkat dari pengetahuan mengenai obyek individual yang bersifat spasiotemporal (ruang dan waktu). Pikiran melepaskan sifat individual  dari obyek dan membentuk konsep universal. Menurut Jonathan Sarwono (2010:71) abstarksi umumnya terdiri dari beberapa paragraph yang berisihasil temuan riset dengan metode yang digunakan oleh penulis sampai pada kesimpulan tersebut dengan dituliskan secara umum.
Beberapa Pengertian Khusus :
1. Sesuatu yang dilihat tidak mengacu kepada obyek atau peristiwa  khusus. Abstraksi menyajikan secara simbolis atau secara konseptual  serta secara imajinatif sesuaru yang tidak dialami secara langsung atau konkret.
2. Hasil akhir dari proses abstraksi. Dengan proses itu kualitas, atau relasi atau ciri dari suatu keseluruhan dipisahkan sebagai ide dari keseluruhan itu.
3. Dalam logika tradisional: proses menghasilkan konsep universal dari obyek partikular. Misalnya konsep "manusia" diangkat dari pria dan wanit^ yang merupakan obyek partikular.
4. Aspek atau benruk kognisi yang secara mental menyendirikan  ciri-ciri obyek itu dari yang lain. Baik proses maupun hasil dari penyendirian tersebut disebut abstraksi.
      Definisi daftar pustaka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar yang mencantmkan judul buku, nama pengarang, penerbit dsb yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan atau bku dan disusun berdasarkan abjad. Daftar sendiri didefinisikan sebagai catatan sejumlah nama atau hal yang disususn berderet dari atas ke bawah. Menurut Gorys Keraf (1997 :213) yang dimaksud dengan Daftar Pustaka atau Bibliografi adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku. Salah satu fungsi dari daftar pustaka adalah untuk memberikan arah bagi para pembaca buku atau karya tulis yang ingin meneruskan kajian atau untuk melakukan pengecekan ulang terhadap karya tulis yang bersangkutan. Fungsi dari daftar pustaka adalah untuk memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku atau karya tulis yang dirujuk terhadap hasil karyanya yang turut menyumbang peraran dalam penulisan karya tulis yang kita tulis. Dan fungsi lain daftar pustaka yang tak kalah penting adalah menjaga profesionalitas kita (jika kita sebagai seorang penulis karya tulis) terhadap tulisan yang kita buat.
      Riwayat hidup adalah catatan singkat tengatang gambaran diri seseorang. Selain berisi data pribadi, gambaran diri itu paling tidak harus di isi keterangan tentang pendidikan atau keahlian dan pengalaman. Dengan data itu riwayat hidup akan memberikan gambaran atau kualifikasi seseorang. Menurut Jujun S Suriasumantri (2007: 344) riwayat hidup dicantumkan pada halaman terakhir sebuah laporan tanpa diberi nomor halaman.
      Penulisan ilmiah di samping harus memperhatikan struktur penulisannya, juga harus dapat menggunakan bahasa itu sebagai sarana komunikasi ilmu. Penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam tulis-menulis, harus pula ditunjang oleh penerapan peraturan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia, yaitu Ejaan Yang Disempurnakan. Di samping penggunaan bahasa, penulis dituntut untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang berhubungan dengan teknik penulisan ilmiah. Persyaratan itu menyangkut cara mengutip, cara membuat catatan kaki, cara menyingkat catatan kaki, dan cara menyusun sumber bacaan menjadi daftar bacaan. Gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah atau lebih cepat dipahami daripada secara tertulis. Hal ini disebabkan, dalam baha¬sa lisan faktor gerak-gerik, mimik, intonasi, irama, jeda, serta unsur-unsur nonbahasa lainnya ikut memperlancar. Unsur-unsur nonbahasa tersebut tidak ter¬dapat di dalam bahasa tulis. Ketiadaan itu menyulitkan komunikasi dan mem¬berikan peluang untuk kesalahpahaman. Di sinilah ejaan dan pungtuasi (tanda¬tanda baca) berperan sampai batas-batas tertentu, menggantikan beberapa unsur nonbahasa yang diperlukan untuk memperjelas gagasan atau pesan.
      Setelah mencermati uraian mengenai teknis penyusunan laporan penelitian di atas, kita bisa mengambil simpulannya. Agar kita tidak mengalami hambatan dan lancar dalam penyusunan laporan penelitian, maka kita harus: (1) banyak membaca buku-buku yang terkait dengan laporan penyusunan karya ilmiah kita, (2) mencari master laporan yang sudah jadi, untuk copy the master, (3) mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang kita butuhkan yang berkaitan dengan objek yang diteliti, (4) memahami kerangka laporan karya ilmiah, dan (5) meneguhkan niat di dalam hati, bahwa laporan penelitian itu harus selesai sebagai bentuk tanggung jawab kita, (6) menepati jadwal penyusunan laporan karya ilmiah yang sudah kita susun. Apabila semua langkah itu dilaksanakan, maka pembuatan laporan karya tulis ilmiah itu tidak akan pernah terkatung-katung.
Sumber :
S Suriasumantri, Jujun. Filsafat ilmu sebuah pengantar popular. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2009
Suhardi. Kegiatan dalam Penelitian Remaja. Jogjakarta : Flamingo,  2009.
www. Wikipedia.org




Tinngalkan Komentarmu ya... ^^

Inilah Cinta Inilah pengorbanan dan inilah teruntuk mu


Jalan Terbaik

Seandainya bila, ku bisa memilih…
Berada di tempat tertinngi. Menjuntaikan kaki ke bawah. Penat. Malam ini tak seindah biasanya. Pekat langit menutupi, bulan dan bintang enggan nampak. Angin malam semilir berhembus, meniup kedamaian tapi hatiku galau. Entah hati ini tak bisa diajak bernegosiasi menikmati malam ini. Aku tahu, ini pilihan sulit. Pilihan yang tak bisa ku tentukan. Aku tahu semua terbaik untukku. Semua banyak mengukir kenangan, suka duka, canda tawa, membuatku ingat betul setiap jengkal wajahnya. Tapi aku tak bisa. Semakin waktu bergulir cepat. Semakin aku bingung, mana yang ku pilih. Aku ragu.
 “Mamah tahu semua ga mudah. Tapi Mamah mohon, dia sakit keras. Umurnya divonis dokter ga lama lagi. Mamahnya lihat foto kamu sama dia masih terpajang dikamarnya. Ternyata selama ini dia memendam perasaan itu. Mamah mohon, bantu dia di sisa umurnya” mamah kali ini terisak. Semakin tak tega aku.
“ Tapi mah, Mamah tahu aku udah punya pilihan. Mamah ga bisa begitu aja hancurin impian aku” tolakku.
Mamah berlalu dengan air matanya. Membuatku semakin berat dengan keputusan ini.
***
Bruggg…..
“Maaaaaaaaaf…. “
Keranjang belanjaan itu tumpah berantakan. Isinya berjatuhan. Sayur mayur, bumbu-bumbu bahkan alat kecantikan. Semuanya benar-benar berantakan. Bersigap membereskan dengan cepat. Takut yang punya marah, tak ingin menatap, hanya tertunduk. Ku tatapi dari bawah, ternyata orang ini memakai rok, tentu perempuan. Berfikir yang tidak-tidak, aku membayngkan wajah perempuan ini dengan mata melototnya, wajah yang seram yang akan memarahiku. Menelan ludah membayangkan apa yang terjadi. Ku  beranikan diri mengangkat wajahku. Dugaanku salah, perempuan ini cantik. Berambut panjang hitam terurai, memakai kaos berwarna pink. Matanya sipit kecoklatan, wajahnya putih bersih, namun ku lihat bibir mungilnya sedikit pucat. Terpesona aku melihatnya, tak sedikitpun wajah marah menghias, hanya tersenyum ringan menggelengkan kepala menatap tingkah konyolku yang terburu-buru mengambil kaleng makanan. Mungkin saja memaklumi tingkahku.
“maaff mbaaa… gggaa sengaja”
“Oh, no probl.. maksudku ga papa”
Ku dengar dari logatnya, sepertinya dia sudah lama tak tinggal di sini, mungkin diluar. Bahasa nya saja kacau. Tak memikirkan siapa dia sebenarnya, setelah membereskan belanjaan itu, aku bergegas minta maaf dan pamit. Belanjaan mamah harus cepat sampai. Lebih seram membayangkan wajah mamah kalau belanjaan ini telat sampai. Tertawa kecil lantas berlari meninggalkan supermarket.
***
“Ga, mah. Aku ga mau!” bentakku
Mamah terus saja menceramahiku diruang tamu. Aku duduk di sofa, menutup telinga, tetap saja suara mamah masih terngiang di telinga. Mamah tetap memaksa keinginannya, tapi aku tak bisa. Apa mamah tak mengerti sedikit saja perasaanku. Memuji semua keinginannya, dan meremehkan pilihanku. Aku capek! Berlari menuju kamarku yang tepat di sebelah ruang tamu. Ku pasang musik keras-keras. Suara mamah masih terdengar, bisa mengalahkan musik rock yang kupasang. Menghempaskan diri ke kasur, menutup kepalaku dengan bantal. Lelah, sudah tiga hari ini mamah memaksa keinginannya itu, entahlah.
“Pokoknya mamah ga mau tahu, sore ini dia datang  sama mamahnya. Kamu harus dirumah. Kalo ga, mamah bakal blokir semua akses mu, ngerti!” teriak mamah menakhiri perdebatan sengit siang ini. Aku tak mengerti keinginan mamah. Aku capek! Mamah tahu aku sudah mantap dengan keputusan ku, mamah tahu itu sejak dulu. Tapi, sekarang?
***
Sore ini, dengan berat hati ku turuti keinginan mamah. Bersiap di ruang tamu. Duduk malas, tapi jariku tak berhenti bergerak cepat, ber-sms. Suara klakson mobil tepat di depan rumah. Terdengar suara pintu mobil terbuka. Langkah kaki dengan sepatu hak tinggi terdengar jelas. Semakin mendekati pintu. Mamah menghampiri.
“Bu Ria, apa kabar? Udah lama ga ketemu ya. Wah, pasti ini Randi? Udah gede ya sekarang, tante sampe kaget” ujar seorang ibu dengan penampilan modisnya. Tampak awet muda.
Mamah bercakap-cakap dengan tante ini. Sepertinya aku ingat, ternyata tante Maya tetangga ku selama di Jogja dulu. Rumah kami bersebelahan. Kami sudah seperti keluarga, saling berbagi. Namun, tante Maya memutuskan pindah ke Singapura karna tugas suaminya yang seorang pebisnis ulung. Belum berhenti memutar ulang, ada suara langkah kaki lagi. Siapa?
“Kaaaammmuu….”
 “ Kamu ketemu Mita dimana Ran? Kok ga bilang mamah sih”
Aku tak menjawab. Mulutku terkunci. Perasaan bercampur aduk. Berdecak kagum, aneh, tak percaya, semua jadi satu. Mataku tak berkedip, melotot tak percaya. Perempuan yang kini berdiri didepan pintu itu seperti perempuan yang kutabrak di supermarket. Kali ini tetap dengan rambut panjangnya yang terurai, tetap memakai rok tapi dengan corak yang berbeda. Wajahnya lebih cantik dengan make up yang tipis, tersenyum kecil. Masih tak percaya apa yang saat ini kulihat, ku kucek mataku, tetap tak berubah. Mamah hanya tersenyum.
Obrolan sore ini berbuntut panjang. Salin tertawa mengingat masa lalu. Aku hanya terdiam, entahlah. Enggan larut dalam suasana. Obrolan ini yang mampu membangun ingatanku tetntang sosok perempuan yang ada dihadapanku. Mita, sosok yang ku kenal sejak masih kecil. Banyak perubahan dalam dirinya. Sosok tomboi yang suka bermain dengan laki-laki kini menjadi perempuan anggun, berambut indah. Cantik. Aku dan Mita hanya sesekali memandang, kami saling terdiam. Mungkin dia juga sedang memikirkan apa yang ku fikirkan, masa kecil kami.
***
Ditaman ini, aku duduk. Membawa setangkai mawar merah, masih segar. Malam ini gerimis kecil mengiringi. Taman cukup lengang, hanya satu-dua pasangan yang tengah di mabuk cinta. Duduk dibangku dibawah pohon, tak peduli gerimis kecil, sibuk dengan angan-angan cinta mereka, tertawa bersenda gurau. Merajut mimpi. Sedang aku? Betapa beruntungnya mereka. Entah, semua ku paksakan. Tertunduk memikirkan jalan terbaik ini. Terbaik? Mungkinkah? Atau hanya benalu yang akan mengikatku? Cukup lama. Sudah tak heran aku menanti lama seperti ini. Rani selalu saja telat tapi semua itu tak dapat membuat hatiku telat padanya. Tapi keputusan kali ini? Apakah telat? Mataku gelap, tak dapat melihat. Ku rasa tangan lembut itu menyentuh wajahku, tangan  yang selama ini ku kenal, tangan yang senantiasa memberikan kelembutan.
“Sayang, telat lagi…” ledekku
Rani hanya tersenyum tanpa rasa bersalah. Berbalik menghadap ku. Berdiri tepat dihdapanku. Tersenyum, senyum manjanya khas, tak berubah. Rambutnya kali ini diurai, hitam panjang. Terdapat titik-titik air hujan di rambutnya. Memakai dres panjang berwarna biru muda, sepatu hak tinggi. Duduk tepat disebelahku. Tetap saja, perasaan gugup menyelimuti seperti saat kami bertemu pertama kali. Setiap bertemu seolah dia selalu membawa suasana baru untukku. Mengawali pertemuan malam ini dengan berbincang-bincang ringan. Obrolan tentang apa saja yang terjadi hari ini. Penuh ekspresi dia menceriitakan semua kejadian yang dialaminya. Tertawa, seolah setiap bertemu tak ada kesedihan terpancar. Candanya, manjanya, cara dia merajuk, khas. Aku takkan lupa itu.
“Ran, maff…”
“Kenapa? Kamu ga salah apa-apa kok” tanya nya heran
Aku menunduk. Entah harus memulai cerita ini dari mana. Aku bingung. Rona penasaran terpancar dari wajahnya. Dia bingung lantas menatap lekat-lekat wajahku. Tatapan ini yang membuatku berkata dengan terbata-bata, aku tak sanggup. Ku sadari, raut wajahnya perlahan bberubah. Kata demi kata yang ku ucapkan semakin membuatnya terpukul. Aku sadar itu. Aku bodoh telah membuat keadaan begitu runyam.
“Ran, kamu tega…” ujarnya lirih
Air mata itu tak mampu dibendung di pelupuk matanya, perlahan menetes membasahi pipinya. Wajah ceria itu, luntur. Aku sadar, aku salah. Berjuta alasan tetap saja membuatnya terluka akan keputusan itu. Aku merasa menjadi pecundang malam ini, kalah akan sebuah keputusan yang harus ku ambil, aku sadar itu.  Perlahan ku raih tubuhnya, ku dekap. Ku elus rambutnya yang terurai itu, wangi rambut yang khas yang takkan ku lupa. Ku biarkan bersandar. Aku terluka, dia juga. Waktu  begitu cepat bergulir, semua mimpi yang kami bangun kini runtuh depan mata. Mimpi menjadi ayah buat anak-anaknya, makan masakannya, menjadi istri yang menanti dengan setia suaminya pulang kerja dan mimpi menghabiskan semua waktu hingga tua nanti. Namun semua buyar. Aku sadar itu semua. Aku pun hanyut dalam dinginnya malam ini, dengannya.
***
Tinggal menghitung menit. Suasana cukup meriah. Semua bersuka ria. Memakai baju berwarna putih, tanpa mengusung adat manapun. Menanti bidadari yang sedang bersolek. Jantungku berdetak hebat. Aku sadar, dalam hitungan menit saja aku mantap mengambil keputusan ini. Tinggal dihadapanku dan semua terjadi. Ku dengar riuh suara dari belakang. Aku tahu, dia sudah siap. Berdetak kencang jantungku, tak berani menoleh ke belakang. Ku mantapkan pilihanku, ini yang terbaik. Wangi bunga semakin mendekat dan sempurna, dia tepat disebelahku. Ku pandangi dia, cantik. Berbalut baju berwarna putih dengan banyak payet. Make up yang semakin memancarkan kecantikannya. Tak ada rambut indah terurai, semua tertutup jilbab putih. Sempurna kecantikannya. Tampak segar hari ini, syukurlah dia baik-baik saja hari ini. Kami di pasangkan kain dikepala kami. Menjabat tangan ayahnya, janji itu terucap dengan lancar. Cincin permata kini tepat dijari manisnya. Semua doa terpanjat untuk kebahagiaan kami.
Namun…
“Mit, bangun sayang” teriaku panik. Semua hadirin pun ikut panik. Suasana pun menegang. Mita tiba-tiba pingsan. Wajahnya pucat, tak secerah tadi. Badanya dingin. Ku angkat tubuhnya, mencari pertolongan
Saat itu juga, kami terbang ke Singapura. Inilah jalanku, keputusanku. Berada di sisinya sampai kapanpun.
                                                                                                Jakarta,
                                                                                                                                                                Mbee---