Selasa, 25 Oktober 2011

Koartikulasi




Koartikulasi adalah gejala saling mempengaruhi antar satu bunyi dengan bunyi lain. Dalam gejala ini, ditinjau dari tempat artikulasi mana yang mempengaruhi. Koartikulasi ini terjadi karena sewaktu artikulasi primer memproduksi bunyi pertama berlangsung, alat-alat ucap sudah mengambil ancang-ancang untuk membuat atau memproduksi bunyi berikutnya. Akibatnya bunyi pertama yang dihasilkan sedikit berubah mengikuti ciri-ciri kedua yang akan dihasilkan. Nama lain dari koartikulasi yaitu artikulasi penyerta atau artikulasi sekunder.  Peranan artikulator sangat penting untuk bekerja menghasilkan bunyi tertentu (artikulator primer) dan artikulator yang menghasilkan bunyi lain (artikulator sekunder).
Terdapat beberapa gejala koartikulasi yaitu:
1.    Labilisasi
Labialisasi adalah proses pelabialan. Proses koartikulasi dimana posisi bibir membulat sehingga pada bunyi utama terdengar bunyi labial [w]. Sebagai contoh yaitu pada kata tuan terdengar bunyi [w].  Contoh lainnya pada kata uang, buang, ruang, juang, dan kualitas. Selain itu, labialisasi juga muncul di antara vokal /u/ dan/e/. atau /u/ dan /i/ seperti pada kata frekuensi dan kuitansi. Pada waktu kita lafalkan kata-kata itu, terasa sekali, bahwa di antara vokal-vokat tersebut timbul fonem labial /w/, misalnya uang kita lafalkan /uwang/,

2.    Retrofleksi
Proses koartikulasi ini terjadi dengan posisi penarikan ujung lidah kebelakang sehingga terdengar bunyi [r]  pada artikulasi primer. Selain bunyi apikal, bunyi lain dapat diretrofleksikan. Misalnya bunyi [k] pada bunyi dorsoplatal, tetapi bunyi [k] pada <kertas> dilafalkan sebagai bunyi [kr] karena bunyi [k] itu diretrofleksikan terlebih dahulu. Jadi kata <kertas> dilafalkan menjadi [kretas]

3.    Palatalisasi
Palatalisasi adalah proses pengangkatan daun lidah kearah langit-langit keras (palatum) sewaktu artikulator primer berlangsung. Selain bunyi palatal, bunyi lain dapat di palatalisasikan. Misalnya adalah bunyi [p] adalah bunyi alpikoalveolar tak bersuara, tetapi pada kata <piatu>, bunyi [p] dipalatalisasikan sehingga terdengar sebagai bunyi [py]. maka kata <piatu>  dilafalkan menjadi <pyatu>

4.    Velarisasi
Proses koartikulasi ini terjadi ketika pangkal lidah (dorsum) naik kearah langit-langit lunak (velum) pada artikulasi primer. Selain bunyi velar, bunyi lain dapat di velarisasikan. Misalnya bunyi [m] pada kata <makhluk> direalisasikan menjadi [mx]. oleh karena itu, kata <makhluk> dilafalkan <maxkluk>.

5.    Glotalisasi
Glotalisasi adalah proses penyertaan bunyi hambat pada glotis (pada saat glotis tertutup rapat) sewaktu artikulasi primer berlangsung. Misalnya bunyi [a] dan [o] pada kata <saat>, <taat> dan <obat> dilafalkan menjadi <sa?at>, <ta?at> dan <o?bat>.

6.    Nasalisasi
Gejala ini timbul dalam bentuk pranasalisasi yang terdapat dalam beberapa bunyi bahasa jawa yang terjadi pada kontoid hambat bersuara [b,d,g]. Misalnya pada kata [mBogor].

3 komentar: