Selasa, 11 Oktober 2011

Penulisan Ilmiah


Kiat Ampuh Penulisan Ilmiah
            Menulis itu bisa dikatakan pekerjaan yang gampang-gampang  susah. Apalagi kalau tulisan bersifat ilmiah. Ada suatu pandangan tradisional yang menyebutkan jika menulis dan mengarang adalah dua kegiatan yang berbeda, walaupun berkenaan dengan aspek kebahasaan. Kegiatan menulis sering diasosiasikan dengan ilmu yang sifatnya faktual, sedangkan kegiatan mengarang selalu diasosiasikan dengan karya sastra yang fiksional (Kamandobat  2007:10). Sehingga dapat disimpulkan, kegiatan menulis mutlak membutuhkan studi ilmiah, sedangkan kegiatan mengarang tidak. 
            Penulisan ilmiah merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Sehingga diperlukan penguasaan yang baik mengenai hakikat keilmuan agar dapat melakukan penelitian sekaligus mengkomunikasikan nya dalam bahasa tulisan sehingga orang akan mengerti apa yang kita bahas.
            Penulisan ilmiah adalah hal yang mudah.  Sebenarnya dalam pedoman penulisan, banyak sekali ditemukan bentuk dan cara penulisan keilmuan. Walaupun berbeda, jiwa dan penalarannya tetap sama. Sehingga dalam penulisannya pun kita tidak hanya perlu tahu tentang teknik-teknik pelaksanaanya tetapi kita perlu memahami dasar pikiran yang melandasinya. Penggunaan bentuk dan cara penulisan hanya masalah selera dan faktor lainnya seperti masalah apa yang sedang dikaji, siapakah pembaca tulisan ini dan dalam rangka apa kegiatan keilmuan. Berdasarkan pemikiran tersebut, mari kita membahas alur-alur pemikiran yang terdapat dalam penelitian ilmiah yang tidak ditekankan pada aspek-aspek teknik penelitian tetapi dititik beratkan pada rambu-rambu pikiran yang merupakan tema pokok dalam proses penelitian. Penulis ilmiah yang menguasai tema poko tentu akan menguasai dengan baik apa yang dibahasyang akan dengan mudah untuk dikembangkan sehingga dapat menghasilkan berbagai variasi dari tema pokok tersebut. Tema pokok ini dijabarkan secara logis dan kronologis dari metode keilmuan.
            Mari kita langkahkan kaki pertama kali dengan mengajukan masalah. Setiap penelitian awalnya bermula dengan munculnya suatu masalah yang hendak dibahas. Setiap masalah hendaknya membutuhkan suatu pemecahan atau jawaban sehingga diadakanlah penelitian untuk menjawab semua masalah tersebut. Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahuiMasalah pada hakikatnya tidak dapat berdiri sendiri dan terisolasi oleh faktor lain sehingga terdapat konstelasi yang menjadi latar belakang dari suatu masalah tertentu. Dalam menentukan masalah yang akan diangkat, kita dapat mengamati lingkungan dan mengambil masalah yang unik untuk diteliti. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk menemukan masalah, dengan menambah wawasan melalui buku yang dapat memberikan ide kreatif. Selain itu, kalo kita lagi ngobrol, diskusi, ato lagi kumpul ma temen, terkadang ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab yang bisa kita jadikan untuk masalah yang akan kita bahas. Tapi, tidak semua bisa kita angkat menjadi permasalahan yang akan dibahas. Permasalahan yang dibahas haruslah memenuhi kriteria tertentu, yaitu jelas, tajam, dan bermanfaat. pertanyaan tersebut dijawab, dipecahkan tahap demi tahap dengan memberikan jawaban ilmiah yang meyakinkan atau membiarkannya tanpa jawaban. Dalam kegiatan ilmiah berlaku bukan kuantitas jawaban yang menentukan tetapi kualitas jawabannya. Menurut Ludwirg Wittgenstein (1962:150) apa yang tak bisa kita katakan, kita harus biarkan tetap membisu. Sehingga permasalahan pun perlu diberi batasan ruang lingkupnya. Pembatasan masalah ini bermanfaat untuk menetapkan batas-batas permasalahan yang jelas dan membantu untuk mengidenifikasikan faktor mana saja yang masuk kedalam lingkup permasalahan agar tidak melebar atau menyempit. Fokus masalah yang jelas memungkinkan kita untuk merumuskan masalah dengan baik. Perumusan masalah yaitu berupa menyatakan secara tersurat apa saja yang ingin kita carikan jawabannya, selain itu mengarahkan cara berfikir kita. Suatu masalah yang sudah dapat diidentifikasikan dan dibatasi, yang tercermin dalam pernyataan yang bersifat jelas dan spesifik, sehingga kita dapat mengembangkan kerangka pemikiran yang teoritis berdasarkan pengetahuan ilmiah yang relevan, serta memungkinkan untuk melakukan pengujian secara empiris terhadap kesimpulan analisis teoritis, sehingga secara konseptual, masalah tersebut sudah berhasil dirumuskan. Setelah dirumuskan dengan baik, maka seorang peneliti haruslah menyatakan tujuan penelitiannya yaitu mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilangsungkan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Setelah itu akan dibahas kegunaan penelitian yang merupakan manfaat yang dapat kita ambil terhadap penelitian yang kita lakukan. Dapat dirumuskan kegiatan dalam langkah pengajuan masalah yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian.
            Langkah kita selanjutnya membuat kerangka teoritis dengan mengidentifikasi dan mengkaji berbagai teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis. Teori merupakan sekumpulan konstruk (konsep), definisi dan dalil yang saling terkait yang menghadirkan suatu pandangan yang sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan antara beberapa angkubah atau variable, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena (Kerlinger,1965:11). Kerangka teoritis diajukan secara dedukatif dijalin dari pengetahuan yang dapat diandalkan. Agar kerangka teoritis dapat meyakinkan maka argumentasi tersebut disusun memenuhi beberpa syarat. Pertama, teori-teori dipergunakan dalam membangun kerangka berfikir harus merupakan pilihan dari sejumlah kerangka teori yang dikuasai secara lengkap dan mencakup perkembangan terbaru. Lingkup yang menyeluruh dalam mencakup perkembangan terbaru dalam suatu disiplin keilmuan biasanya disebut the state of the art dari disiplin tersebut. Pemilihan ini harus didasarkan pada argumentasi yang meyakinkan tentang mengapa kita melakukan pilihan itu. Selanjutnya hipoteses. Menurut Dani Vardiansyah (2008:15) Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis merupakan dasar pengumpulan data dan penarikan kesimpulan. Ada dua jenis hipotesis yaitu : H0 adalah hipotesis ditolak. Dan H1 adalah hipotesis diterima Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan dan dijawab dengan cara ilmiah. Apa sich cara ilmiah? Cara ilmiah  yaitu dengan memanfaatkan pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar kita mendapatkan jawaban yang dapat diandalkan. Artinya kita menggunakan teori-teori ilmiah sebagai alat dalam memecahkan masalah dan kita tidak boleh merekayasanya. Hal ini berbeda dengan asumsi dasar yang digunakan sebagai dasar pijakan pelaksanaan penelitian sedangkan hipotesis adalah upaya pemecahan masalah. Dalam hal ini, menggunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar premis dasar menjamin dua hal. Pertama, kebenarannya teruji lewat proses keilmuan sehingga bisa diandalkan. Kedua, akan bersifat konsisten dengan tubuh pengetahuan yang telah disusun. Berdasarkan premis-premis yang dipilih, maka disusun argumentasi secara sistematik dan analitik. Dalam hal ini artinya secara aktif menjelaskan mengapa seuatu itu mempunyai karakteristik tertentu dengan dituntut adanya pikiran-pikiran dasar yang postulat, asumsi atau prinsip. . Menurut  John W Creswell (2003:73) untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
  1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
  2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
  3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
  4. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
  5. Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode observasi, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
  6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
  7. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.
Secara singkat dapat diringkas sebagai berikut yaitu pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis, pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan, menyususn kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis, dan terakhir perumusan hipotesis.
Langkah ketiga kaki kita yaitu menguji hipotesis. Menurut Robert B. Burns (2000: 106) hipotesis diuji secara impiris. Artinya kita melakukan verifikasi apakah pernyataan yang dikandung oleh hipotesis yang diajukan didukung atau tidak oleh kenyataan yang bersifat faktual dan kita di tuntut melakukan penarikan kesimpulan secara induktif. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dugunakan dalam penelitian. Menurut Wiradi (1998;9) metode adalah seperangkat langkah yang tersusun secara sistematis. Metode penelitian seperti deskriptif, komparatif, eksperimen, sensus, survai, kepustakaan, dan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Salah satu metode yang harus ditentukan dalam metodologi penelitian adalah metode penelitian. Setiap penelitian pada hakikatnya mempunyai metode penelitian masing-masing yang ditetapkan pada tujuan penelitian. Sehingga hal pertama yang ta lakukan dalam metodologi penelitian adalah menyatakan secara lengkap dan operasional tujuan penelitian yang mencakup variable-variabel yang akan diteliti dan karakteristik hubungan melainkan tingkat keumuman (level of generality) dari kesimpulan yang akan ditarik. Berdasarkan tujuan penelitian maka kita akan memilih metode penelitian yang tepat beserta teknik pengambilan contoh dan teknik penarikan kesimpulan yang relevan. Metode penelitian mencakup beberapa teknik  mencakup teknik pengambilan contoh, teknik pengukuran, pengumpulan data dan analisis data. Secara ringkas metodologi penelitian mencakup :
1.    Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang mengidentifikasi variabel-variabel dan karakteristik hubungan yang diteliti.
2.    Tempat dan waktu penelitian dimana akan dilakukan generalisasi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti.
3.    Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisasi yang diharapkan.
4.    Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tingkat keumuman dan metode penelitian.
5.    Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variabel yang akan dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrument dan teknik mendapatkan data.
6.    Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang dipergunakan.
      Langkah berikutnya yaitu melaporkan apa yang kita temukan berdasarkan hasil penelitian yang dipergunakan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan selama penelitian untuk ditarik kesimpulan. Tujuannya yaitu membandingkan kesimpulan yang telah dikumpulkan dengan hipotesis yang diajukan apakah mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Untuk melaporkan hasil penelitian maka secara singkat dan kronologis pertama-tama kita deskripsikan tentang variabel yang diteliti yang disusul dengan teknik analisis yang digunakan. Setelah itu hasil pengukuran dilaporkan kemudian dilengkapi dengan kesimpulan analisis dari data yang dikumpulkan. Laporan ini ditulis dalam bentuk esei dengan kalimat verbal yang mencakup semua pertanyaan sepatutnya dikemukakan baik pertanyaan kualitatif dan kuantitatif. Dalam penempatan data haruslah yang sudah diolah dan data mentah sebaiknya dalam lampiran. Hal ini karena pencantuman data mentah hanya akan mengaburkan perspektif persoalan yang ingin dikemukakan. Lalu hal yang dilakukan adalah member penafsiran terhadap kesimpulan data. Menafsirkan hubungan yang bersifat statis seperti regresi dan korelasi dalam hubungan yang bersifat ilmia. Kita juga harus menfsirkan tingkat keumuman dari kesimpulan yang ditarik berdasarkan contoh. Hasil penelitian dapat diringkas yaitu menyatakan variabel-variabel yang diteliti, menyatakan teknik analisis data, mendeskripsikan hasil analisis data, memberikan hasil penafsiran terhadap kesimpulan analisis data dan menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima.
      Langkah kita selanjutnya adalah kesimpulan penelitian. Kesimpulan penelitian merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalah., kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian. Dalam mengkaji kesimpulan, disebabkan sifatnya terpadu dan menyeluruh dan terpadu maka “ seorang peneliti meninggalkan perannya sebagai ilmuwan dan beralih menjadi filsuf “ George J Mouly ( 1963: 486). Simpulan yang dimaksud adalah gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis yang sudah dikemukakan. Simpulan ini diperoleh dari uraian analisis, interpretasi, dan deskripsi yang tertera pada bab analisis. Selanjutnya, saran-saran penulis tentang metodologi penelitian lanjutan, penerapan hasil penelitian, dan beberapa saran yang mempunyai relevansi dengan hambatan yang dialami selama penelitian. Tahap-tahap ringkasan dan kesimpulan yaitu deskripsi tentang masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi dan penemuan penelitian, kesimpulan penelitian, pembahasan kesimpulan penelitian, mengkaji implikasi penelitian dan mengajukan saran.
      Abstraksi merupakan sebuah proses yang ditempuh pikiran untuk sampai pada konsep yang bersifat universal. Proses ini berangkat dari pengetahuan mengenai obyek individual yang bersifat spasiotemporal (ruang dan waktu). Pikiran melepaskan sifat individual  dari obyek dan membentuk konsep universal. Menurut Jonathan Sarwono (2010:71) abstarksi umumnya terdiri dari beberapa paragraph yang berisihasil temuan riset dengan metode yang digunakan oleh penulis sampai pada kesimpulan tersebut dengan dituliskan secara umum.
Beberapa Pengertian Khusus :
1. Sesuatu yang dilihat tidak mengacu kepada obyek atau peristiwa  khusus. Abstraksi menyajikan secara simbolis atau secara konseptual  serta secara imajinatif sesuaru yang tidak dialami secara langsung atau konkret.
2. Hasil akhir dari proses abstraksi. Dengan proses itu kualitas, atau relasi atau ciri dari suatu keseluruhan dipisahkan sebagai ide dari keseluruhan itu.
3. Dalam logika tradisional: proses menghasilkan konsep universal dari obyek partikular. Misalnya konsep "manusia" diangkat dari pria dan wanit^ yang merupakan obyek partikular.
4. Aspek atau benruk kognisi yang secara mental menyendirikan  ciri-ciri obyek itu dari yang lain. Baik proses maupun hasil dari penyendirian tersebut disebut abstraksi.
      Definisi daftar pustaka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar yang mencantmkan judul buku, nama pengarang, penerbit dsb yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan atau bku dan disusun berdasarkan abjad. Daftar sendiri didefinisikan sebagai catatan sejumlah nama atau hal yang disususn berderet dari atas ke bawah. Menurut Gorys Keraf (1997 :213) yang dimaksud dengan Daftar Pustaka atau Bibliografi adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku. Salah satu fungsi dari daftar pustaka adalah untuk memberikan arah bagi para pembaca buku atau karya tulis yang ingin meneruskan kajian atau untuk melakukan pengecekan ulang terhadap karya tulis yang bersangkutan. Fungsi dari daftar pustaka adalah untuk memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku atau karya tulis yang dirujuk terhadap hasil karyanya yang turut menyumbang peraran dalam penulisan karya tulis yang kita tulis. Dan fungsi lain daftar pustaka yang tak kalah penting adalah menjaga profesionalitas kita (jika kita sebagai seorang penulis karya tulis) terhadap tulisan yang kita buat.
      Riwayat hidup adalah catatan singkat tengatang gambaran diri seseorang. Selain berisi data pribadi, gambaran diri itu paling tidak harus di isi keterangan tentang pendidikan atau keahlian dan pengalaman. Dengan data itu riwayat hidup akan memberikan gambaran atau kualifikasi seseorang. Menurut Jujun S Suriasumantri (2007: 344) riwayat hidup dicantumkan pada halaman terakhir sebuah laporan tanpa diberi nomor halaman.
      Penulisan ilmiah di samping harus memperhatikan struktur penulisannya, juga harus dapat menggunakan bahasa itu sebagai sarana komunikasi ilmu. Penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam tulis-menulis, harus pula ditunjang oleh penerapan peraturan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia, yaitu Ejaan Yang Disempurnakan. Di samping penggunaan bahasa, penulis dituntut untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang berhubungan dengan teknik penulisan ilmiah. Persyaratan itu menyangkut cara mengutip, cara membuat catatan kaki, cara menyingkat catatan kaki, dan cara menyusun sumber bacaan menjadi daftar bacaan. Gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah atau lebih cepat dipahami daripada secara tertulis. Hal ini disebabkan, dalam baha¬sa lisan faktor gerak-gerik, mimik, intonasi, irama, jeda, serta unsur-unsur nonbahasa lainnya ikut memperlancar. Unsur-unsur nonbahasa tersebut tidak ter¬dapat di dalam bahasa tulis. Ketiadaan itu menyulitkan komunikasi dan mem¬berikan peluang untuk kesalahpahaman. Di sinilah ejaan dan pungtuasi (tanda¬tanda baca) berperan sampai batas-batas tertentu, menggantikan beberapa unsur nonbahasa yang diperlukan untuk memperjelas gagasan atau pesan.
      Setelah mencermati uraian mengenai teknis penyusunan laporan penelitian di atas, kita bisa mengambil simpulannya. Agar kita tidak mengalami hambatan dan lancar dalam penyusunan laporan penelitian, maka kita harus: (1) banyak membaca buku-buku yang terkait dengan laporan penyusunan karya ilmiah kita, (2) mencari master laporan yang sudah jadi, untuk copy the master, (3) mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang kita butuhkan yang berkaitan dengan objek yang diteliti, (4) memahami kerangka laporan karya ilmiah, dan (5) meneguhkan niat di dalam hati, bahwa laporan penelitian itu harus selesai sebagai bentuk tanggung jawab kita, (6) menepati jadwal penyusunan laporan karya ilmiah yang sudah kita susun. Apabila semua langkah itu dilaksanakan, maka pembuatan laporan karya tulis ilmiah itu tidak akan pernah terkatung-katung.
Sumber :
S Suriasumantri, Jujun. Filsafat ilmu sebuah pengantar popular. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2009
Suhardi. Kegiatan dalam Penelitian Remaja. Jogjakarta : Flamingo,  2009.
www. Wikipedia.org




Tinngalkan Komentarmu ya... ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar