Jumat, 13 Januari 2012

feminisme calon arang

ABSTRAK
Sosok pramoedya yang merupakan novelis terbesar di Indonesia. Beliau banyak mengangkat cerita-cerita jaman dahulu disertai pemikirannya yang kritis. Pram mengkritisi budaya patriarki yang masih kuat dikalangan masyarakat yang menimbulkan diskriminasi terhadap kaum perempuan. Parm juga menyoroti bahwa perempuan dianggap sebagai nomor dua dibawah laki-laki.
Pada novel Calon Arang ini, Pram menampilkan banyak tokoh diantaranya Calon Arang, Ratna    Manggali, Empu Baradah, Empu Bahula, dan Baginda Erlangga.
 Pada novel Calon Arang, Pram menampilkan sosok Calon Arang yang merupakan dukun teluh yang murka karena anaknya tidak ada yang mau meminang dan bagaimana gambaran kesedihan anaknya karena tidak ada yang mau meminang. Bagaimana akhir patriarki pada akhir cerita Calon Arang yang ditandai dengan kematian Calon Arang.


PENDAHULUAN
Pramoedya merupakan salah satu novelis terkenal. Beliau lahir di Blora pada tanggal 6 Februari 1925. Beliau semasa hidupnya aktif menulis sastra dan menghasilkan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan lebih dari 41 bahasa asing. Beliau banyak mengkritisi seuatu dalam karyanya. Salah satunya feminisme. Sebagai contoh feminism dalam Calon Arang.
Dalam novel ini, pram menceritakan kehidupan seorang perempuan tua yang memiliki hati yang jahat, penuh kedengkian, yang hobinya meneluh orang lain dengan kekuatan sihirnya. Semua musuhnya tidak diberi ampun dan dibunuh dengan cara yang keji dengan mantra hitamnya, bahkan hampir seluruh masyarakat yang berada di wilayah kekuasaan Raja Airlangga juga menerima akibat dari ilmu teluh itu. Pramoedya sendiri menuturkan bahwa cerita ini dikarang pada tahun Saka 1462, di mana cerita ini memperlihatkan bahwa pengaruh kepercayaan kuno tidak terlampau terikat dengan kepercayaan Hindu-Jawa pada masanya

“Tulisan lama naskan ini ada dua macam, yaitu yang berasal dari Jawa dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh R. Ng. Purbatjaraka dalam Bijidr. K. I deel 82 hlm 110-180, kemudian dimacapatkan (dilagukan) oleh Raden Wiradat dan diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1931 (seri buku no. 942). Yang lain cerita Calon Aran yang berasal dari Bali. Antara kedua cerita ini terdapat perbedaan sediri, tetapi tak perlu benar dipanjang-lebarkan.” [Pramoedya Ananta Toer, 1954]

Nama-nama tokoh yang ada dalam cerita ini merupakan tokoh-tokoh sejarah yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah kerajaan Hindu di Jawa. Seperti Empu Baradah, yang merupakan seorang pujangga yang hidup pada masa Raja Airlangga berkuasa di Jawa Timur dari tahun 1019 hingga 1042 Masehi. Pada latar tempatpun dikatakan bahwa cerita berlalatar pada Kerajaan Daha, saat ini disebut Kerajaan Kediri yang ada di Jawa Timur.

FEMISNISME
Feminisme lahir dari masyarakat yang percaya pada bahwa kekuatan laki-laki selalu diatas perempuan, maka perempuan tidak punya hak atas hidupnya. Masyrakat ini menganggap perempuan hanya bertugas mematuhi apa yang menjadi peraturan laki-laki. Akibat pandangan dari masyarakat ini maaka timbulah pergolakan di dalam diri perempuan yang menginginkan kebebasan atas hidup mereka, mereka ingin menyamakan derajatnya dengan laki-laki dan juga menjadi peran penting dalam kehidupan. Banyak pengungkapan yang dilakukan perempuan untuk mengatakan bahwa mereka tidak leih rendah dari laki-laki. Pengungkapan ini dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan sastra.
Sastra yang merupakan wadah ekspresi jiwa yang dapat mengungakap perasaan pengarangnya lewat rangkaian kata-kata yang indah. Sastra dianggap sesuai untuk mengungkap apa yang mereka(perempuan) rasakan sebagai yang dinomor duakan oleh sistem patriaki, karena sastra juga pengungkapan rasa lewat bahasa maka mereka yakin apa yang mereka tulis, bisa tersampaikan dan diterima semua orang sehingga membuat yang sadar bahwa sistem patriaki tidaklah benar. Dari latar belakang inilah penolakan terhadap patriaki tersampaikan melalui sastra dan munculah istilah feminisme sebagai suatu pembelaan terhadap hak-hak perempuan.
Banyak novel yang mengangkat feminisme sebagai dominan dalam ceritanya, biasanya novel seperti ini akan menceritakan bagaimana perempuan yang dianggap lemah ternyata kekuatannya melebihi laki-laki, kekuatan ini bisa tercermin dari perjuangannya untuk menyamakan derajat dengan laki-laki. Cerita yang berbeda dikisahkan dalam novel Cerita Calon Arang karya Pramoedya Anantatoer, perbedaan itu terlihat pada kekutan yang ada pada tokoh utama Calon Arang. Tokoh utama ini bukan seperti pada tokoh utama lainnya yang kekuatannya dari memperjuangkan hak perempuan tetapi dari penggambaran tokoh yang mempunyai kekuatan dalam hal meneluh atau menyakiti orang banyak dan tidak terkalahkan bahkan oleh laki-laki.  



AKHIR PATRIAKI PADA CALON ARANG
Mengapa novel ini bisa dikatakan menganut aliran feminisme ? karena cerita pada novel ini berpusat pada dua tokoh perempuan didalamnya, yakni Calon arang (sebagai ibu) dan Ratna manggali (sebagai anak). Dua perempuan dalam cerita ini mempunya karakter yang berbeda. Sang ibu Calon Arang digambarkan sebagai tokoh sakti mandraguna dalam ilmu hitam yang tidak tekalahkan, sedangkan sang anak Ratna Manggali adalah sosok perempuan yang cantik, lemah lembut, walau ia tidak suka dengan kejahatan ibunya tapi dia tidak berdaya atas kekuatan ibunya.
Selain mengedepankan dua sosok perempuan sebagai pemeran utama, cerita yang diangkat dari cerita rakyat Jawa-Bali tersebut juga diyakini berasal dari dendam perempuan terhadap laki-laki. Calan Arang semakin membenci laki-laki saat tidak ada yang menikahi Ratna Manggali, putriny karena takut pada calon mertuanya itu. Maka dia murka dan menebar teluh, mengacaukan kedamaian Negara Daha.
Feminisme sebagai yang dominan dalam cerita inilah adalah saat Ratna Manggali harus memilih antara ibu dan suaminya. Hal ini dikarenakan suami Ratna Manggali, Empu Bahula menyuruhnya mengambil kitab ibunya untuk mengalahkan Calon Arang. Ratna Manggali tidak berdaya akan permintaan suaminya, juga tidak dapat berbuat apa-apa walau mengetahui bahwa ibunya akan dibunuh, pada saat inilah terlihat bahwa perempuan tidak bisa menentang perintah suaminya dan mengorbankan ibunya walau kita tahu semua itu karena kejahatan ibunya sendiri.
Walaupun pada awal cerita Calon Arang adalah perempuan yang sangat sakti dan berkuasa tapi npada akhirnya juga dia adalah seorang perempuan yang tidak lebih kuat dari laki-laki. Hal ini tercermin dari kekalahan Calon Arang karena siasat dari Empu Baradah, guru dari Empu Bahula, yang mengutus muridnya untuk menikahi Ratna Manggali dan mencari tahu kelemahan Calon Arang. Dari pemaparan inilah dapat dikatakan bahwa sehebat-hebatnya perempuan, dia tidak lebih hebat dari laki-laki.



KESIMPULAN
Feminisme yang digambarkan sebagai perlawanan kaum wanita terhadap pembelaan hak-nya, dikisahkan pada awal cerita yang disingung berasal dari dendam seorang wanita terhadap kaum laki-laki atau sistem patriaki. Calon arang menjadi  seorang wanita yang keji karena dia merupakan korban patriaki yang selalu menomor duakan wanita. Calon arang ini juga menyiratkan bahwa wanita itu tidak bisa mengendalikan emosinya, sedangkan tokoh laki-laki yang diwakili oleh tokoh Empu Baradah digambarkan sebagai tokoh yang bijaksana dan cerdas. Hal ini seperti ingin memperlihatkan bahwa wanita tidak mampu dapat diserahi tanggung jawab karena wanita tidak mampu mengendalikan emosinya. Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah bagaimanapun wanita melakukan perlawanan tetapi sistem patriaki tetap lebih mendominasi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar